Minggu, 15 Maret 2009

SEKILAS MENGENAI PENYAKIT BERBASIS VEKTOR


Banyak penyakit yang menjangkiti manusia yang disebarkan oleh kelompok binatang, khususnya serangga yang hidup bersama-sama kita di lingkungan permukiman.

Secara garis besar penyakit berbasis vektor dapat disebarkan melalui dua mekanisme transmisi yang berbeda. Sekelompok vektor menyebarkan patogen (penyebab penyakit) melalui mekanisme transmisi biologi atau siklus hidup, dimana patogen hidup dalam binatang atau serangga inangnya dan dalam fase siklus patogen hidup lainnya ditularkan/diinfeksikan oleh serangga inang ke tubuh manusia. Penyakit yang ditularkan melalui mekanisme transmisi biologi tersebut seperti malaria, demam berdarah, leptospirosis, japanese encephalitis, dan lain-lain. Bentuk mekanisme penularan lainnya adalah melalui mekanisme transmisi mekanik atau pasif. Serangga atau binatang tertentu menjadi tercemar di dalam maupun luar tubuhnya karena memakan atau berjalan dalam bahan yang terinfeksi patogen dan kemudian mencemari makanan atau tempat makanan yang digunakan manusia. Semut dan kecoa menjadi salah satu contoh binatang yang berpotensi menularkan penyakit melalui mekanisme transmisi mekanik. Penyakit yang ditularkannya seperti Salmonellosis, diare, disentri, atau hepatitis.


Penyakit Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan Dengue 1, Dengue 2, Dengue 3 dan Dengue 4.

Penularan penyakit demam berdarah melalui vektor penyakit Nyamuk Aedes Aegepti, A. albopictus dan A. Polynesiensis. Nyamuk tertular oleh virus ketika menggigit penderita deman berdarah yang mengalami viremia yaitu dua hingga lima hari setelah demam timbul. Virus selanjutnya berkembang biak di lambung atau organ lain dan berreplikasi di kelenjar liur nyamuk selama 8-10 hari, sebelum nyamuk menjadi infektif (menularkan virus selama hidupnya). Nyamuk yang terinfeksi menularkan penyakit ke tubuh manusia dan virus berkembang selama 4-6 hari di dalam ogan tubuh manusia, menginfeksi sel darah putih dan kelenjar getah bening, selanjutnya dilepaskan dan masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Setelah masa perkembangan itulah gejala klinis demam berdarah timbul.

Penderita yang terinfeksi virus dengue akan memperlihatkan manifestasi klinis yang beragam tergantung pada banyak faktor termasuk serotipe virusnya. WHO membedakan empat manifestasi klinis yang dikenal dengan manifestasi klinis derajat 1 hingga derajat 4. Pada manifetasi klinis derajat satu, penderita akan mengalami demam ringan yang tidak spesifik dan manifestasi perdarahan spontan. Pada derajat kedua dijumpai demam ringan yang tidak spesifik dan manifestasi perdarahan spontan, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat. Selanjutnya pada derajat ketiga, didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (< style=""> Manifestasi klinis terberat dikenal sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS), yaitu syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.


Penyakit Chikungunya

Chikungunya ditularkan oleh nyamuk yang sama dengan penular demam berdarah yaitu Nyamuk Aedes Aegepti dan Nyamuk A. Albopictus. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virus tersebut pertama kali diidentifikasi di Afrika Timur tahun 1952. Nama virus chikungunya diambil dari bahasa Swahlii artinya berubah bentuk atau bungkuk, yang menunjukkan kondisi penderitanya memang kebanyakan membungkuk akibat nyeri hebat di persendian tangan dan kaki.

Manfestasi klinis Demam Chikungunya hampir menyerupai dengan Demam Berdarah Dengue. Penderita mengalami demam yang tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik-bintik merah pada kulit terutama badan dan lengan. Namun berbeda dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan ( schok ) maupun kematian. Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari. Manifestasi klinis penyakit berlangsung tiga sampai 10 hari .


Penyakit Malaria

Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria dapat juga ditularkan secara langsung melalui transfusi darah, jarum suntik serta dari ibu hamil kepada bayinya. Pada manusia terdapat 4 spesis Plasmodium yaitu falciparum, vivax, malariae dan ovale. Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

Proses penularan penyakit malaria dimulai ketika nyamuk Anopheles yang terinsfeksi Plasmodium, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik, anemia, trombositopeni, dan splenomegali. Berat ringannya manifestasi malaria tergantung jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi dan imunitas penderita. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Jenis malaria yang lain adalah malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana; gejala pertama biasanya terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis malaria yang paling berbahaya merupakan penyebab sebagian besar kematian adalah demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Jenis keempat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.

Secara singkat siklus Plasmodium adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung plasmodium menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk dan dinfeksikan ke dalam darah dan jaringan hati. Sesuai siklus hidupnya, Plasmodium membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer ), mulai bentuk tropozoit muda sampai sizon tua / matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit. Merosoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia.


Penyakit Filariasis atau Kaki Gajah

Filariasis limpatik atau penyakit kaki gajah adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh cacing filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Wuchereria bancrofti merupakan spesies yang paling umum ditemukan pada kasus infestasi oleh cacing ini. Penyebaran penyakit diperantarai oleh nyamuk sebagai vektor. Kurang lebih terdapat 77 jenis nyamuk dari Genus Anophles, Culex, Aedes, dan Mansonia dapat mendukung perkembangan dan vektor cacing filaria.

Larva infektif cacing filaria (microfilaria) masuk ke dalam darah manusia melalui luka akibat gigitan nyamuk. Nyamuk tersebut mendapat mikrofilaria sewaktu menghisap darah penderita yang mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Selanjutnya larva bermigrasi ke kelenjar limpa dan mengalami perkembangan menjadi cacing dewasa selama 3 bulan sampai satu tahun. Cacing dewasa dapat hidup lima sampai sepuluh tahun dan menimbulkan banyak masalah karena kerusakan pembuluh limfa dan respon sistem imum yang dihasilkan.

Banyak penyakit yang menjangkiti manusia yang disebarkan oleh kelompok binatang, khususnya serangga yang hidup bersama-sama kita di lingkungan permukiman.

Secara garis besar penyakit berbasis vektor dapat disebarkan melalui dua mekanisme transmisi yang berbeda. Sekelompok vektor menyebarkan patogen (penyebab penyakit) melalui mekanisme transmisi biologi atau siklus hidup, dimana patogen hidup dalam binatang atau serangga inangnya dan dalam fase siklus patogen hidup lainnya ditularkan/diinfeksikan oleh serangga inang ke tubuh manusia. Penyakit yang ditularkan melalui mekanisme transmisi biologi tersebut seperti malaria, demam berdarah, leptospirosis, japanese encephalitis, dan lain-lain. Bentuk mekanisme penularan lainnya adalah melalui mekanisme transmisi mekanik atau pasif. Serangga atau binatang tertentu menjadi tercemar di dalam maupun luar tubuhnya karena memakan atau berjalan dalam bahan yang terinfeksi patogen dan kemudian mencemari makanan atau tempat makanan yang digunakan manusia. Semut dan kecoa menjadi salah satu contoh binatang yang berpotensi menularkan penyakit melalui mekanisme transmisi mekanik. Penyakit yang ditularkannya seperti Salmonellosis, diare, disentri, atau hepatitis.



Penyakit Leptospirosis

Leptospirosis dikenal pula sebagai penyakit kuning (weil’s diseases) yang dapat menyerang manusia atau hewan. Penyakit ini diakibatkan oleh bakteri spirochete jenis Leptospira icterohemorrhagiae yang diantaranya hidup pada ginjal tikus dan akan keluar menyebar melalui urine.

Manusia akan terinsfeksi oleh penyakit ini jika kontak dengan air kolam, atau sumber air lain yang terinsfeksi urine tikus yang mengandung Leptospira atau dapat pula bersentuhan dengan tanah lembab atau benda lain yang terkena urine tikus tersebut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine tikus yang terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

Gejala penyakit ini adalah badan merasa menggigil, demam, dan tubuh terasa sakit. Gejala lain yang muncul kadang-kadang adalah meningitis, gangguan ginjal, pendarahan pada kulit, dan membrane mukosa.

Gejala klinis filariasis akut adalah berupa ; demam berulang-ulang selama tiga sampai lima hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas. Gejala klinis yang kronis adalah berupa pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar dan lain-lain..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke