Minggu, 15 Maret 2009

INDONESIA : THE TERMITE'S PARADISE


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.500 pulau dengan panjang garis pantai 80.000 km dan luas daratan tidak kurang dari 187,9 juta ha. Memiliki iklim tropis yang hangat sepanjang than, suhu rata-rata 26,8oC; kelembaban berkisar antara 70-90% dan rata-rata curah hujan tahunan mencapai 2000 mm/tahun. Jenis tanah umumnya kaya akan bahan organik sebagai sumber nutrisi rayap. Kondisi tersebut sangat sesuai untuk kehidupan dan perkembangan rayap, khususnya rayap tanah. Ditambah lagi, hampir 49,9% dari luas daratan ( 93,92 juta ha) adalah kawasan hutan yang merupakan habitat alami rayap. Diduga terdapat 300 jenis rayap di Indonesia. Di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan terdapat kurang lebih 233 spesies; 179 sudah diidentifikasi dan selebihnya belum teridentifikasi. Dari sekian banyak spesies rayap hanya beberapa yang memiliki peranan yang sangat penting sebagai hama perusak kayu dan bangunan, yaitu: Coptotermes spp (Rhinotermiidae); Schedorhinotermes (Rhinotermitidae); Macrotermis gilvus (Termitidae); dan Crytotermes cynocephalus (Kalotermitidae).

Frekuensi serangan rayap di beberapa kota di Indonesia sangat tinggi. Di DK Jakarta serangan rayap tanah pada bangunan rumah tinggal mencapai 55%; Kota Surabaya 36%; Semarang 41%. Demikian pula kota-kota lainnya, frekuensi serangan rayap rata-rata lebih ari 20%. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap diperkirakan mencapai 3.73 juta US. Kondisi tersebut, diakibatkan oleh tingginya keragaman rayap di lingkungan permukiman, kayu sebagai bahan bangunan memiliki kelas awet yng rendah (80% kayu berkelas awet rendah), dan standar bangunan yang kurang mendapat perhatian.

Munculnya kasus serangan rayap telah mendorong berkembangnya industri pengendalian rayap. Perusahaan Pengendalian Rayap (Termite control Operator, TCO) berdiri pada kurang lebih pertengahan tahun 1970-an. Pada saat itu terdapat kurang lebih enam perusahaan TCO. Pada tahun 1980-an TCO berkembang menjadi 40-an perusahaan TCO; pada tahun 90 menjadi 110-an perusahaan TCO; dan pada Tahun 2007 tercatat tidak kurang 281 perusahaan pest control di Indonesia. Sementara itu, pada saat ini terdapat lebih kurang dari 29 merek dagang termitisida yang terdiri dari 11 jenis bahan aktif (a.i). Peningkatan jumlah TCO dan produk termitida menunjukkan peningkatan volume bisnis pengendalian rayap yang sangat berarti.

Di pihak lain, pengendalian rayap juga berkembang, yang ditandai oleh tiga era perkembangan, yaitu era perlakuan tanah dengan termitisida repelent (organoclorin, carbamat, organophosfat, synthetic pheretroid); era perlakuan tanah dengan termitisida non replent; dan era teknologi pengumpanan. Pada saat ini, ketiga teknik pengendalian rayap tersebut masih digunakan secara luas oleh masyarakat.

Pada masa yang akan datang diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih mendorong aplikasi perlindungan bangunan gedung dari serangan rayap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke