Jumat, 13 Maret 2009

MEMAHAMI ISTILAH HAMA PERMUKIMAN (URBAN PEST)


Rumah dan ekosistem permukiman merupakan lingkungan buatan yang diciptakan manusia. Karena merupakan hasil daya cipta manusia maka rumah dan lingkungannya seringkali membentuk variasi lingkungan mikro yang beragam, sangat tergantung pada manusia yang membentuk dan menempatinya. Setiap penghuni rumah tentu menginginkan agar rumahnya memberikan perlindungan, rasa aman, nyaman, dan bahkan memberikan kenikmatan dan kesenangan. Namun rumah dan lingkungannya juga acapkali memberikan perlindungan, ketersediaan makanan, tempat tinggal atau tempat istirahat bagi berbagai ragam organisme. Tidak terkecuali organisme yang keberadaannya dapat menimbulkan gangguan bahkan bahaya bagi para penghuni rumah.

Berbagai jenis kecoa merupakan contoh organime yang sukses menginvasi rumah dan ekosistem permukiman. Kecoa dapat berkembang sangat pesat di dalam rumah karena memperoleh makanan dan tempat berlindung yang memberikan kehangatan serta kelembaban. Demikian halnya dengan organisme lain, nyamuk, semut, dan tikus misalnya. Nyamuk memperoleh tempat beristirahat, tempat perindukan, dan sumber makanan. Tikus seringkali menggunakan lubang dan ruangan di dalam rumah sebagai tempat perlindungan dan sumber kehangatan dengan makanan dan minuman yang tersedia pada jarak yang aman.

Pada ekosistem permukiman, kehadiran organisme seringkali sangat kecil perbedaannya antara dinyatakan sebagai hama atau organisme bukan hama. Tentunya berbeda dengan ekosistem agrikultur atau pertanian, pespektif manusia mengenai hama dihubungkan dengan perspektif ekonomi. Ukuran ekonomi merupakan ukuran yang pasti yang dapat dilihat dari besarnya kehilangan hasil karena kerusakan yang timbul akibat serangan suatu organisme. Oleh karena itu, istilah hama pada ekosistem agrikultur menjadi lebih jelas.

Terminologi hama dalam ekosistem permukiman sangat tergantung pada sistem atau ambang nilai manusia yang seringkali tidak bisa ditakar dalam hitungan nilai ekonomis. Tentunya setiap manusia memiliki nilai ambang yang berbeda-beda tergantung pada status sosial, tingkat pendidikan, budaya, dan lain-lain. Karenanya kehadiran suatu organisme di dalam rumah kita, dapat saja dipersepsikan berbeda-beda. Mungkin sebagian orang tidak merasa terganggu dengan hadirnya laba-laba, semut, atau organisme lainnya di rumah dalam jumlah tertentu, tetapi ada pula sekelompok orang yang sama sekali tidak punya toleransi terhadap hadirnya organisme-organisme tersebut di dalam rumahnya (­zero tolerance). Dengan demikian maka setiap orang akan memiliki nilai ambangnya masing-masing untuk menentukan apakah organisme yang ada di rumah atau ekosistem permukiman dapat dikelompokan sebagai hama atau bukan hama permukiman.

Blog URBAN PEST yang ada dihadapan kita, akan mencoba membahas mengenai hama permukiman. Untuk memudahkan bahasan topik ini ke depan, istilah hama permukiman kita representasikan dengan sesuatu yang tidak diinginkan, sesuatu yang berada pada tempat yang salah, sesuatu yang dinilai mengancam, mengganggu kenyamanan, dan membahayakan kesehatan, merusak properties dan estetika. Ada banyak organisme yang berperan sebagai hama permukiman, sebagian besar termasuk kelompok serangga. Namun beberapa diantaranya temasuk kelompok binatang lain dan yang paling populer adalah tikus. Oleh karena itu, kita akan mendiskusikan yang paling sering dijumpai menjadi bagian dari lingkungan permukiman, seperti nyamukl, kecoa, lalat, semut, rayap, dan tikus.

Semoga kehadiran URBAN PEST memberikan konstribusi terhadap upaya pengendalian hama permukiman yang hingga kini masih merupakan masalah besar di negara kita.


1 komentar:

Anda pengunjung ke