Sabtu, 11 April 2009

MENGENAL KECOA

Kecoa mempunyai tiga tahapan dalam siklus hidupnya, yaitu telur, nympha, dan dewasa. Telur-telur tersebut disimpan dalam suatu kantung telur yang dinamakan ootheca. Kecoa merupakan serangga yang aktif pada malam hari. Kecoa biasanya menyukai tempat yang gelap, hangat, lembab, dan umumnya hidup di sekitar dapur, kamar mandi, atau basement.

Kecoa dapat mengkontaminasi makanan dan menularkan penyakit-penyakit yang serius, seperti gastroenteritis, keracunan makanan dan diare; bahkan akhir-akhir ini terdapat studi yang menghubungkan kecoa dengan penyakit asma.

Jenis jenis kecoa yang umumnya ditemukan di rumah atau di bangunan gedung adalah:

1. Kecoa Jerman (Blatella germanica). Ukuran panjang tubuh sekitar 12 – 15 mm; berwarna coklat muda dengan 2 garis hitam diatas pronotumnya. Terutama menginfestasi area yang dekat dengan makanan, lembab, dan hangat; kebanyakan ditemukan di sekitar dapur dan gudang.

2. Kecoa Amerika (Periplaneta americana): Ukuran panjang tubuh sekitar 35 – 40 mm; warna tubuh coklat kemerahan dengan tanda terang pada pronotum-nya. Biasanya ditemukan pada area persiapan makanan, makan hampir semua jenis makanan; menyukai tempat yang hangat, lembab; sangat agresif.

3. Kecoa Timur (Blatta orientalis): Ukuran panjang tubuh sekitar 20 – 25 mm, warna tubuh coklat gelap. Seringkali masuk ke dalam rumah melalui saluran pembuangan; cenderung hidup pada area dekat tanah yang hangat dan lembab; juga sering dikenal sebagai kumbang air atau kumbang hitam; memberikan bau yang tidak enak.

Selasa, 07 April 2009

PELATIHAN PT. SETRA SARI



Sebagai pelopor Perusahaan Pest Control yang bersetitifikat ISO 9000:2000, PT. Setra Sari memegang teguh terhadap manajemen mutu. Oleh karena itu dalam rangka penguatan layanan jasa yang dilakukan para karyawannya, PT. SETRA SARI secara periodik menyelenggarakan pelatihan.

Selamat Atas Diraihnya Sertifikat ISO 9000:2000.

Yudi Rismayadi, Trainer Pest Control

MENGENAL RAYAP PERUSAK BANGUNAN


Rayap termasuk ke dalam Klas insekta (serangga) Ordo Isoptera (iso = sama; ptera = sayap). Ordo serangga ini ditandai dengan bentuk sayap yang serupa baik ukuran maupun struktur antara sayap depan dengan sayap belakang. Rayap dikenal pula sebagai serangga sosial, karena hidupnya yang berkelompok dalam satu koloni yang terdiri dari anggota-anggota koloni dengan bentuk dan fungsi yang berbeda atau dikenal sebagai kasta. Pada koloni rayap terdapat tiga kasta yang berbeda yaitu, kasta prajurit pekerja, dan reproduktif. Hingga saat ini di dunia telah berhasil diidentifikasi lebih dari 2500 jenis rayap. Sementara itu di Indonesia ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap atau kurang lebih 10% dari keragaman jenis rayap dunia. Jenis-jenis rayap tersebut diklasifikasikan ke dalam tujuh famili, 15 sub-famili, dan 200 genus. Pembagian famili adalah sebagai berikut; Famili Mastotermitidae; Kalotermitidae; Termopsidae ; Hodotermitidae ; Rhinotermitidae ; Serritermitidae ; dan famili Termitidae.

Berdasarkan habitatnya, terdapat dua kelompok rayap penting yang banyak menyerang bangunan gedung, yaitu kelompok rayap tanah (subterranean termite) dan rayap kayu kering (drywood termite). Rayap tanah merupakan rayap yang paling banyak menyerang bangunan gedung. Kelompok rayap ini bersarang di dalam tanah tetapi mampu menjangkau objek-objek seranganya yang berada jauh di atas permukaan tanah. Dari pusat sarang di dalam tanah ke objek-objek serangan tersebut dihubungkan oleh saluran-saluran tanah yang disebut sebagai liang kembara sebagai jalan bagi rayap sekaligus sebagai tempat perlindungan. Oleh karena itu setiap serangan oleh rayap ini ditandai oleh adanya tanah liang kembara rayap. Rayap kayu kering tidak bersarang di dalam tanah tertapi bersarang di dalam kayu-kayu kering. Anggota koloninya jauh lebih sedikit dibandingkan anggota koloni rayap tanah. Serangan rayap ini ditandai dengan adanya serbuk-serbuk gerek berbentuk butiran halus di sekitar lokasi serangannya.

Strategi yang digunakan untuk perlindungan bangunan dari serangan rayap tanah di Indonesia meliputi tindakan pencegahan (exluding infestation) dan pembasmian serangan (eradication or remedial infestation). Tindakan pencegahan meliputi penggunaan kayu awet (termite resistant timbers), penghalang fisik (physical barriers) dan penghalang kimia (chemically-treated soil barriers) pada masa pra-konstruksi. Sementara itu tindakan pembasmian serangan rayap dapat dilakukan dengan aplikasi perlakuan kimia pada tanah dan kayu dan penghancuran sarang atau koloni dengan umpan atau dust toxicants pada bangunan yang telah terserang (pasca konstruksi).

Perlindungan bangunan dengan penghalang kimia pada permukaan tanah yang diaplikasikan melalui penyemprotan termitisida dengan tekanan rendah pada proses pembangunan konstruksi merupakan teknik yang paling efektif untuk mencegah serangan rayap. Demikian pula pada saat pasca konstruksi penggunaan perlakuan tanah dengan teknik injeksi termitisida merupakan alternatif yang banyak digunakan.

Termitisida dengan persistensi sangat tinggi, organoklorin (aldrin, dieldrin, chlordane, dan heptaklor) merupakan termitisida utama yang digunakan di Indonesia sebelum dilarang penggunaanya. Setelah golongan organoklorin dilarang beberapa termitisida baru dikembangkan sebagai pengganti, walaupun harus diakui belum ada senyawa pengganti yang dapat melindungi bangunan dalam jangka waktu yang lama. Namun demikian termitisida baru memiliki beberapa keunggulan terutama dalam merespon tuntutan masyarakat terhadap issue lingkungan hidup, seperti; memiliki toksisitas yang rendah terhadap manusia dan mamalia, aktif pada dosis rendah, serta mempunyai volatilitas yang rendah sehingga tidak terpapar di udara. Idealnya sifat termitisida baru juga seharusnya bersifat selektif terhadap organisma sasaran, tidak mencemari sumber air dan perairan, terikat kuat dan aktif sebagai ringtangan kimiawi pada tanah.

Termitisida-termitisida baru yang dikembangkan umumnya mencegah serangan rayap dengan cara mematikan rayap yang kontak dengan bahan kimia, mengusir rayap untuk tidak memasuki lapisan tanah yang telah diberi perlakuan (repelensi), menyebabkan disorientasi aktivitas rayap, maupun mempengaruhi aktivitas rayap.

Minggu, 05 April 2009

MENGENAL TIKUS


Tikus sebagai hewan rodentia merupakan mahluk yang paling sukses dalam beradaptasi di berbagai lingkungan, baik lingkungan yang nyaman maupun di lingkungan paling ekstrim sekalipun, seperti di daerah kering, kotor dan tandus. Di daerah pemukiman tikus hidup dan bersarang di perumahan, di gudang-gudang tempat penyimpanan bahan pangan, di gedung-gedung perkantoran, di daerah perdagangan, hotel-hotel serta tempat rekreasi , dan dalam industri pangan maupun industri manufaktur.


Di tempat-tempat tertentu keberadaan hewan itu sudah tidak dapat ditolelir lagi karena kerugian yang disebabkan oleh hewan ini sangat berarti. Penyusutan bahan karena dimakan oleh hewan ini serta terjadinya kehilangan dan kerusakan telah dilaporkan dapat mencapai lebih dari lima persen. Kerusakan akan lebih parah lagi karena selain memakan bahan makanan tersebut, secara bersamaan tikus dapat menimbulkan kontaminasi dan mengotorinya dengan kotoran, urine, dan bahkan bangkai dari tikus tersebut yang mati di tempat tertentu akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal tersebut sangat berarti seperti di daerah perdagangan/ supermarket, hotel-hotel berbintang, daerah industri pangan, dan bahkan di daerah pemukiman yang sangat mementingkan kenyamanan dan kebersihan. Hal yang menarik lagi adalah pada daerah perkantoran yang berbentuk gedung bertingkat maupun pada beberapa pabrik, tikus ini telah merusak alat maupun kabel-kabel listrik sehingga menimbulkan bahaya rawan terjadinya kebakaran akibat hubungan arus pendek dari arus listrik yang ada.

Kerugian yang sangat berarti dalam kaitannya dengan kesehatan penduduk setempat adalah bahwa tikus dapat berperan sebagai vektor beberapa penyakit menular. Penyakit yang ditularkan oleh tikus secara umum dikenal sebagai zoonosis yaitu penyakit infeksi yang ditularkan oleh hewan vertebrata kepada manusia pada kondisi alami. Penyakit yang ditularkan oleh tikus adalah penyakit pest (plague), murine typhus, leptospirosis, salmonellosis, lymphotic chorio-meningitis (LCM), rickettsial pox, rat-bite fever, rabies, dan penyakit endoparasit lainnya. Dari beberapa penyakit ini yang paling terkenal dan dapat memusnahkan penduduk adalah penyakit pest. Oleh karena dampaknya yang begitu besar maka apabila tikus tersebut kebetulan membawa penyakit sangatlah berbahaya.


Tikus dikenal merupakan hewan yang pandai dan memiliki rasa kecurigaan yang tinggi terhadap benda-benda baru (neofobia) dan memiliki tingkat kemampuan belajar (learning behaviour) yang tinggi terutama terhadap objek-objek baru. New object reaction” merupakan perilaku spesifik dari tikus terhadap benda-benda yang baru dan ini tentunya terdiri dari sekuen perilaku tertentu pula. Sekuen tersebut terdiri dari bereaksi dengan hati-hati dan sangat perhatian yang mendalam pada objek tersebut tetapi menghindari kontak langsung dengan objeknya. Penghindaran diri dari kontak tersebut dapat dilihat dari seleksi rute pergerakan ketika menghindari objek. Selanjutnya investigasi intensif dengan mencium, mengendus, menyentuh sedikit, evaluasi berulang-ulang dan baru setelah yakin akan mendekati dan menggigit lebih banyak tetapi belum dimakan. Apabila setelah yakin objek tersebut tidak berbahaya maka makanan akan dimakan sedikit demi-sedikit dengan selang waktu penerimaan yang panjang. Apabila menyangkut hal yang berbahaya maka akan ada komunikasi berbentuk “alarm call” sebagai peringatan bahaya pada teman atau anggota grupnya.

Beberapa cara pengendalian berikut ini dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tikus di lingkungan bangunan gedung:

1. Perbaikan sanitasi dan higienis lingkungan

Kebersihan lingkungan merupakan prasyarat utama agar tikus tidak datang, menetap dan berkembang biak.

2. Pencegahan dan pengendalian secara fisik

Pengendalian secara mekanik dengan membuat pelindung sehingga tikus tidak dapat masuk ke dalam rumah, pabrik, gudang dan tempat penyimpanan lainnya.

3. Pengendalian secara kimiawi dengan rodentisida

Rodentisida telah lama dikenal dan digunakan beberapa abad yang lalu seperti Arsenik dan Strychnine. Namun didalam perkembanganya penggunaannya semakin selektif dan berdasarkan bahan yang digunakan dapat terbagi menjadi tiga grup yaitu rodentisida single-dose, rodentisida multiple-dose atau antikoagulan, dan fumigant. Beberapa antikoagulan yang berdaya bunuh cepat dan efektif adalah antikoagulan generasi kedua seperti Bromadiolone, Brodifacoum, Coumatetralyl, Difenacoum, dan Flokumafen.

Anda pengunjung ke